MalukuNamleaNusantara

Salampessy Harap Kegiatan Revitalisasi Bahasa Dapat Mempertahankan Bahasa Buru

Loading

terasnkri.com | Maluku, Namlea _ Keberadaan bahasa daerah di berbagai daerah semakin lama semakin terpinggirkan karena ditinggalkan oleh penuturnya. Hal ini terjadi karena bahasa daerah dianggap kurang dapat mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Demikian juga kiranya bahasa daerah yang ada di Kabupaten Buru.

Pernyataan ini disampaikan Penjabat Bupati Buru, dr. Djalaludin Salampessy dalam sambutan pada acara Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Tunas Bahasa Ibu di Kabupaten Buru oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekonolgi Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Minggu (03/07/22), di aula Kantor Bupati Buru.

Baca Juga  Tidak Terima Putusan Hakim PN Cikarang, Pasien Eka Hospital Bekasi Ajukan Banding

Ia mengungkapkan, kondisi bahasa daerah di Buru, memperlihatkan bahwa masyarakat cenderung menggunakan bahasa Melayu Ambon dalam berkomunikasi sehari-hari.

Lalu pada dunia pendidikan dan pemerintahan dominan menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan bahasa daerah di gunakan untuk komunikasi di kampung, dalam keluarga dan dalam aktivitas adat.

“Saya sangat mendukung adanya program revitalisasi bahasa Buru yang dilaksanakan oleh kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi, sekaligus berterima kasih telah memilih Kabupaten Buru sebagai salah satu tujuan pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah,”ucapnya.

Dijelaskan Salampessy, Kabupaten Buru yang terdiri atas 10 Kecamatan, 82 Desa memiliki 4 bahasa daerah, namun kini tinggal tinggal dua bahasa daerah. Karena sebagaimana menurut data bahwa ada dua bahas daerah yang sudah punah yaitu bahasa “MASARETE” dan bahasa “KAYELI”. Sekarang hanya tinggal bahasa “BURU” dan bahasa “TAGALISA”.

Baca Juga  Persiapan Pilkada 2024, KPU Minahasa Selatan Mengikuti Training of Trainers (TOT) Fasilitator Bimbingan Teknis KPPS

Dirinya merasa kuatir jika kedua bahasa daerah ini tidak dipertahakan dan dilestarikan, maka hal yang sama akan terjadi yakni hilangnya atau punahnya kedua bahasa daerah tersebut.

“Kondisi kedua bahasa daerah ini pun jika tidak ada upaya untuk melestarikannya, maka saya kuatir perlahan akan mengikuti nasib yang sama dengan bahasa yang telah punah,” kata Salampessy.

Menurutnya, hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya kelalaian orang tua untuk mewariskan bahasa kepada anak-anak, dan belum adanya kurikulum muatan lokal di sekolah yang mengajarkan bahasa Buru.

Baca Juga  Masyarakat Minta Perhatian Serius Pemda dan Kepolisian Terhadap Prositusi Online Berkedok Aplikasi Medsos di Kab. Buru

Olehnya itu, dengan adanya kegiatan ini, dirinya merasa bersyukur kepada pemerintah karena telah mengagendakan program revitalisasi bahasa daerah melalui program merdeka belajar edisi 17 revitalisasi bahasa dan sastra daerah.

“Revitalisasi bahasa adalah upaya menghidupkan atau mempertahankan keberadaan bahasa daerah. Sehingga dengan adanya kegiatan revitalisasi ini, keberadaan bahasa Buru dapat bertahan dan dilestarikan,” harapnya. (Grace)

JANGAN LUPA : SELALU MEMAKAI MASKER APABILA BERAKTIVITAS DILUAR RUMAH, SELALU MENJAGA JARAK, KERAP MENCUCI TANGAN, HINDARI KERUMUNAN, KURANGKAN MOBILITAS DAN BERDOA KEPADA TUHAN UNTUK CEGAH COVID-19