Masyarakat Petani Sawit Pasang Kayu Keluhkan Buruknya Infrastruktur Jalan
Terasnkri.com | Pasang Kayu, Sulbar – Kabupaten Pasang Kayu yang sebelumnya bernama Mamuju Utara adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan propinsi Sulawesi Tengah (Palu), dengan mayoritas penduduknya hampir 90 % warganya hidup sebagai petani kelapa sawit sehingga terlihat dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakatnya lebih sejahtera dibandingkan dengan daerah lain.
Tapi akhir-akhir ini aktivitas warga masyarakat mulai terganggu dan kesulitan dalam mengeluarkan atau mendistribusikan hasil pertaniannya, karena terhambat oleh rusaknya jalanan/infrastruktur yang diakibatkan oleh banjir dan menyempitnya drainase yang ada sehingga tidak mampu menampung debit air yang lebih besar jika turun hujan.
Tidak hanya itu,setiap turun hujan pemukiman warga yang berada di dua kecamatan yaitu kecamatan Tamarunang dan kecamatan Sarudu ini pasti menerima hadiah kebanjiran setinggi lutut yang diakibatkan oleh curah hujan yang cukup tinggi.
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan tahun 2021 ini, Kabupaten Pasang Kayu hampir dua bulan penuh diguyur hujan berkepanjangan yang mengakibatkan seringnya terjadi banjir, tanah longsor,di beberapa daerah terutama terhadap desa Tamarunang, desa Saptanjaya kecamatan Doripoku dan desa bulu Mario Kecamatan Sarudu, yang diperparah dengan kerusakan infrastruktur, sehingga mengakibatkan perekonomian di wilayah itu menjadi lumpuh terutama bagi petani kelapa sawit.
Melihat kondisi ini yang terus menerus terjadi kepala Desa Tamarunang Abu Zakaria turun langsung menemui Bupati Kepala Daerah Kabupaten Pasangkayu Haji Yaumil Ambo Djiwa, Senin (31/08/2021) guna menyampaikan keadaan yang terjadi di lokasinya terutama pemukiman warga yang sering terendam banjir.
Kepala Desa Tamarunang yang berada di kecamatan Doripoku menyampaikan keluhan dan harapan kepada Pemerintah Daerah untuk mengantisipasi banjir susulan sebelum terjadi dampak yang lebih fatal lagi,yaitu dengan menurunkan BPBD disertai alat berat untuk memperbaiki jalanan, jembatan yang putus dan pencucian parit yang tersumbat akibat semakin menyempitnya drainase yang sudah lama tidak pernah diperbaiki.
“Kami tidak mau menghubungi Bupati lewat telpone lebih baik saya datang langsung ke Bupati untuk menyampaikan masalah banjir ini ,” jelasnya sewaktu video call dengan awak media.
Sementara itu Wadah Kerja Antar Kelompok Tani ( WKAK ) yang menangani perbaikan jalan petani di masing-masing Desa sudah tidak mampu lagi untuk berbuat banyak karena infrastruktur tidak mungkin lagi dapat diperbaiki secara manual tanpa bantuan dari pemerintah daerah, seperti apa yang disampaikan oleh salah seorang ketua WKAK SP.1 Alexander Rela.
“Bagaimana bisa kita perbaiki jalanan, cuci parit, jembatan putus dengan secara manual tanpa harus ada alat berat sementara dana iuran dari petani sudah tidak ada” ungkapnya. (Jurhan)
JANGAN LUPA : SELALU MEMAKAI MASKER APABILA BERAKTIFITAS DILUAR RUMAH, SELALU MENJAGA JARAK, KERAP MENCUCI TANGAN, HINDARI KERUMUNAN, KURANGKAN MOBILITAS DAN BERDOA KEPADA TUHAN UNTUK CEGAH COVID-19