NTBNusantara

Miris, Nasib 79 KK Terjebak Dalam Kawasan Sirkuit Mandalika, Pemerintah Dituding Acuh Tak Acuh

Loading

Terasnkri.com | Lombok Tengah (NTB) – Sejumlah warga dari Dusun Ebunut dan Ujung Lauk, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan menjalankan aktivitasnya sehari hari pergi melaut ke Pantai Seger untuk mencari ikan dan sekitarnya terhenti setelah dilarang oleh petugas penjaga sirkuit motoGP Mandalika untuk tidak boleh masuk atau lewat kedalam lintasan sirkuit motoGP Mandalika di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.

”Kejadiannya tadi siang (Jum’at, 20/8), ada warga dari Dusun Ebunut dan Dusun Ujung Lauq mau pergi melaut menangkap ikan ke Pantai Seger, tapi karena belum ada akses jalan menuju ke Pantai Seger termasuk akses jalan menuju rumahnya mereka masuk ke dalam melalui lintasan sirkuit untuk menuju pantai Seger, namun ada petugas dari ITDC dan Anggota TNI melarang mereka dan mereka diusir paksa diminta keluar dari dalam lintasan sirkuit dan harus mencari jalan lain menuju pantai Seger,” cerita Ketua Forum Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kecamatan Pujut, Lombok Tengah Alus Darmiah.

Baca Juga  Masyarakat Minta Perhatian Serius Pemda dan Kepolisian Terhadap Prositusi Online Berkedok Aplikasi Medsos di Kab. Buru

Sampai dengan saat ini kata Alus, puluhan kepala keluarga (KK) di Dusun Ebunut dan Dusun Ujung Lauq masih terisolir dan terjebak didalam lintasan sikuit MotoGP Mandalika. Wargapun saat ini masih kebingungan tidak tahu jalan keluar masuk ke dalam kampung halamannya mereka sendiri.

”Disatu sisi kami bangga mempunyai Sirkuit MotoGP, tapi disisi lain kami kecewa karena masyarakat terisolir dan sulit sekali bisa beraktivitas dengan normal, anak-anak yang mau ke sekolah, masyarakat yang mau ke pasar, warga yang mau mencari rumput dan sebagian nelayan harus memutar ke Tunel 1 (terowongan yang ada dibawah lintasan sirkuit motoGP) yang berada di sebelah Utara, sedangkan laut Seger berada di selatan. Kalau melalui Tunel 2, tidak bisa dilalui karena airnya tidak bisa kering. Kami seperti dipenjara, tidak ada jalan keluar – masuk” keluhnya

“Mau keluar atau masuk sangat susah, harus berhadapan dengan petugas, kalaupun bisa keluar dengan cara main kucing – kucingan, masuknya kami tambah susah dan sulit,” sebutnya

Menurut Alus Darmiah, sangat menyayangkan sikap PT ITDC selaku pengembang KEK The Mandalika dan sikap dari Gubernur NTB termasuk sikap dari Bupati Lombok Tengah yang acuh tak acuh, cuek dan tidak mau memperdulikan nasib puluhan KK yang terisolir dan terjebak di tengah – tengah sirkuit MotoGP Mandalika.

Baca Juga  KPU Minsel Gelar Penyuluhan Produk Hukum Bersama badan Adhoc dan Stakeholder serta Deklarasi Sahabat JDIH

“Kami sangat menyayangkan sikap acuh tak acuh, cuek dan sikap tidak perduli kepala daerah dalam hal ini Gubernur NTB dan Bupati Lombok Tengah terhadap kondisi dan nasib warga yang masih terisolir. Padahal ini sudah berkali-kali disuarakan oleh warga bersama kawan-kawan penggiat LSM, namun sampai saat ini respon gubernur dan bupati masih nihil. Begitu juga dengan pihak Proyek PT PP acuh tak acuh, bahkan masyarakat sering bertengkar ketika mau melintasi Sirkuit. Ini aneh tapi nyata, kami terisolir di kampung kami sendiri. Dan ini menjadi kado kami di HUT ke – 76 Kemerdekaan RI,” ungkapnya

Tidak hannya terisolir, lanjut Alus, kesehatan warga juga terganggu akibat polusi udara dan debu akibat dari aktivitas kendaraan besar yang beroperasi siang malam ditengah – tengah proyek sirkuit MotoGP Mandalika. “Bahkan PT PP ini sangat abai terhadap dampak Polusi udara yang diakibatkan hilir mudik lalu-lalang kendaraan pengangkut material sirkuit bahkan Pabrik Pembuatan aspal sangat mengganggu kami dan tidak ada kontribusi bagi masyarakat yang terdampak baik lokasi Ujung Lauk, Unung Daye, Ebunut Petewong yang bersentuhan dan berdekatan langsung dengan lokasi pembangunan Sirkuit MotoGP,”

Baca Juga  Diduga Anak Kalah Debat, Ayah Serang Paslon 03

Menurut Alus, warga yang terisolir di Dusun Ebunut dan Ujung Lauq bertahan di dalam kampung halaman mereka untuk mempertahankan tanah leluhurnya dan bangunan mereka yang sampai dengan saat ini belum dibebasakan atau dibayar oleh PT ITDC. “Di Dusun Ujung Lauk sekitar 40an KK dan sekitar 70-an KK di Ebunut. Warga masih tinggal disana (ujung lauk dan ebunut) untuk mempertahankan tanahnya, karena tanah mereka belum pernah di jual kepihak manapun, namun PT ITDC sudah memasukkan ke HPL, ini aneh tapi nyata,” ujarnya. (Sumber berita BPD Dusun Ebanut)

JANGAN LUPA : SELALU MEMAKAI MASKER APABILA BERAKTIFITAS DILUAR RUMAH, SELALU MENJAGA JARAK, KERAP MENCUCI TANGAN, HINDARI KERUMUNAN, KURANGKAN MOBILITAS DAN BERDOA KEPADA TUHAN UNTUK CEGAH COVID-19