Sejarah Singkat Terbentuknya Kerajaan Bone
*Oleh : Yuddin, S.Pd. Pensiunan Guru Seni Budaya SMAN 23 Bone.
TERASNKRI.COM | Kerajaan Bone terbentuk bermula pada awal abad XIV, tepatnya tahun 1330 yaitu pada saat munculnya To Manurung ri Matajang bergelar Mata SilompoE sebagai Arungpone (Raja Bone) yang pertama. Iya menikah dengan To Manurung ri Toro yang bernama We Tenri Walie. Beliau yang meletakkan dasar-dasar dan perubahan-perubahan bagi kehidupan dan perkembangan Tanah Bone selanjutnya.
Pada mulanya Tanah Bone merupakan wilayah kekuasaan yang tidak terlalu luas, hanya luasnya kurang lebih 2 Km persegi. Karena penggabungan beberapa persekutuan masyarakat kaum yang disebut Anang. Anang tersebut dipimpin oleh Matoa Anang (Ketua Kaum). Para Ketua Kaum tersebut bersama-sama menyerahkan kekuasaannya kepada To Manurung, sebagai pimpinan pemerintah sentral. Dengan demikian terbentuknya KERAJAAN BONE dengan wilayah yang besar. Lambat laun dibawah kepemimpinan To Manurung, wilayah Kerajaan Tanah Bone semakin meluas ke negeri-negeri sekitarnya, baik dengan penggabungan sukarela maupun dengan tekanan atau penaklukan.
Sistim pemerintahan Kerajaan Bone pada masa itu, telah diperlakukan berdasarkan musyawarah dan mupakat. Hal ini terlihat pada kedudukan ketujuh ketua kaum (Matoa Anang) dalam majelis yang diketuai oleh To Manurung yang diikat oleh suatu persekutuan yang disebut Kawerang yaitu, Ikatan Perserikatan Tanah Bone yang mengatur sistim Pemerintahan Kerajaan.
Sistim Kawerang ini berlangsung dari Pemerintahan Raja Bone yang pertama To Manurung sampai pada masa pemerintahan La Pattawe Raja Bone IX pada abad XVI.
Pada masa pemerintahan Raja Bone X We Tenri Tappu (Wanita) pada tahun 1602-1611, agama Islam mulai masuk ke Kerajaan Bone, tapi belum resmi. Kemudian sebutan Matoa Pitu berubah menjadi Hadat Tujuh (Ade’ PituE) yaitu : Tibojong, Ta, Tanete Riattang, Tanete Riawang, Macege, Ponceng dan Ujung. Agama Islam baru diterima secara resmi pada masa pemerintahan Raja Bone XI La Tenri Ruwa (1611-1612) oleh Sultan Alauddin (Raja Gowa) bersama Datok Ribandang pembawa Agama Islam di Tanah Bone.
Sejak itulah Agama Islam berkembang dengan pesat di Kerajaan Bone dan rakyat Bone menjadi penganut Agama Islam yang fanatik. La Tenri Ruwa sempat menjadi Raja di Bone hanya selama lebih dari 3 bulan. Disebabkan karena menerima Islam dari Kerajaan Gowa tanpa sepengetahuan oleh Dewan Hadat tujuh. Kemudian La Tenri Ruwa meninggalkan Kerajaan Bone berangkat ke Makassar untuk memperdalam Ilmu Pengetahuan Agama Islam bersama Datok Ribandang lalu beliau diberi gelar Sultan Adam oleh Datok Ribandang. Menjelang akhir hidupnya La Tenri Ruwa pindah ke Bantaeng sampai mangkat disana kemudian beliau digelar Matinroe Ri Bantaeng.
*Artikel ini telah juga telah dimuat di Tribun Bone (13/07/2020)