Wahyu Bantah Pasien 23 Pernah Kontak Dengan DPRD Buru
www.teras-nkri.com | Maluku.-Namlea – Aktivis IMM, Wahyu Priyanto Achmad membantah kalau ternyata pernah menyebut Pasien 23 Maluku (02 Buru) , yang berinisial FN ada kontak dengan kalangan DPRD Buru.
Dalam hal ini bantahan singkat itu disampaikannya lewat Ketua PWI Kabupaten Buru, Lili Ohorella dan menanggapi berita sejumlah media yang di dalamnya ada mengutip permintaan Wahyu agar pejabat dan anggota Dewan juga dihadirkan dan dirapid test.
Menurut Wahyu berita tersebut tidak benar dan berita tersebut tidak sesuai. “Seperti apa yang disampaikan oleh jubir covid, kalau saya mengatakan pasien 02 yang berinisial FN pernah melakukan kontak langsung dengan DPR. Itu tidak benar, “tegasnya.
“Tetapi yang saya sampaikan bahwa pasien 02 pernah melakukan kontak langsung dengan beberapa pejabat. Bukan dengan DPR,” tambah Wahyu.
Wahyu membenarkan pada Kamis lalu, dirinya bersama tiga rekan yang lain, sangat kooperatif dan telah dirapid test, karena masuk dalam daftar tracking pasein 23 Maluku. Ia sangat bersyukur, karena tidak ikut tertular dan hasil rapid test negatif.
Sementara itu, pasein 23 Maluku, FN, dalam kicauannya di wall facebook Wahyu, turut bersyukur kalau beberapa aktivis yang pernah kontak dengannya hasil rapid test negatif. “Amin, abang dong boleh aman tara ada penyakit. Beta ne pusing,” keluh FN.
FN ternyata pusing bukan saja hasil PCR, positif Covid 19, karena dari tempat isolasinya ia mendapat kabar ada empat mahasiswa yang sudah selesai jalani karantina di Namlea, ada yang tidak dapat pulang kampung di Silewa, Kec. Fenalisela, dan keempatnya tertahan di Rumah KAT Jalan Pendopo Wabup di Namlea.
Terbetik kabar buruk juga yang menyebutkan masyarakat dari Desa Silewa Kec. Fenalisela, tempat asal FN, konon ditolak oleh warga di Kecamatan Waplau. Bahkan warga Desa Silewa sendiri juga menolak empat adik mahasiswa yang telah selesai karantina untuk pulang ke kampung.
“Itu akan suda abang, beta jua stress dan pikiran masyarakat tiga kampong di bawa ne panik sampe dong zeng mau dari Silewa turun. Dan anak-anak 4 orang yang zeng dapa tarima dari masyarakat Desa silewa, skarang dong di Asrama KAT ” keluh FN menanggapi seorang warga net.
Subandri Waemese satu warganet, juga turut menyampaikan bahwa keprihatinannya dengan menuliskan kalimat, “semoga media bijaksana dan berimbang dalam menyampaikan berita”.
Kata Subandri, sanksi sosial sangat dirasakan sebagian basudara, sehingga dijauhkan oleh masyarakat. “Hal ini perlu mendapat perhatian khusus agar stigma negatif jangan melekat di orang-orang yang sehat, tapi dijauhkan seolah olah PDP,” pinta Subandri.
Tambahan Informasi yang diperoleh awak media, empat mahasiswa yang dikeluhkan masih berada di rumah KAT, telah kembali ke kampung mereka di Desa Silewa, berkat campur tangan Camat Waplau, tandas Halid Tasalisa.
(TN/Gres/Adam’s)