Suriah ‘Perang’ Dengan Turki, Erdogan Kian Panas Dengan Putin
Dikutip laman AFP, Senin (3/2), saling serang tak terelakkan antara keduanya di wilayah Barat Laut Idlib, Suriah. Pasukan Assad menyerang Turki dan menewaskan empat orang.
Suriah menegaskan mereka menyerang untuk membebaskan wilayah tersebut dari militan anti pemerintah. Pada 26 Januari, militer Suriah menembakkan lagi rudal ke Aleppo.
Tiga hari kemudian, angkatan bersenjata Suriah juga mengumumkan merebut kota Ma’arrat al-Nu’man yang dari 2012 dikuasai kelompok anti Assad.
Sementara itu, situasi yang memanas ini juga menyeret Rusia. Pasalnya Moskow selama ini dikenal sebagai pendukung rezim Assad.
Erdogan bahkan memperingatkan negara Putin itu untuk tidak ikut campur urusannya dengan Suriah. Dikatakan Erdogan, ini adalah pembalasan Turki karena tentara Suriah menyerang terlebih dahulu.
“Saya ingin mengatakan ini, terutama ke pemerintah Rusia,” kata Erdogan.
“Lawan kami di sini bukan kamu (Rusia) tapi rezim (Suriah), dan jangan ikut campur.”
Ini merupakan persoalan Suriah yang baru. Masalah keduanya sudah terjadi sejak 2011.
Dua faksi berseteru di wilayah itu. Di mana pemerintahan Assad yang didukung Rusia sedangkan rezim anti Assad, didukung Turki dan Arab Saudi.
Turki masuk ke masalah Suriah sejak 2016. Saat itu Erdogan mengklaim pemerintahan Assad sudah sangat meresahkan dan membuat rakyat Suriah menderita.
Kekerasan antara Turki dan Suriah memakan korban warga sipil, termasuk anak-anak.
“Sedikitnya 20 orang juga terluka dalam aksi serangan itu,” kata kelompok pengawasan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM).