Impong Delunas Insuwai, Pembukaan Irau Adat Tidung Sarat Makna Kebersamaan
www.teras-nkri.com|Nunukan – Pembukaan Irau Adat Tidung Borneo Bersatu Tahun 2020 di Rumah Adat Tidung, Desa Binusan, Nunukan, Rabu (11/3) begitu sarat dengan pesan dan nasehat untuk selalu menjaga kebersamaan, kekeluargaan, dan persatuan dalam keberagaman diantara sesama warga Suku Tidung, dan antara warga Suku Tidung dengan warga dari suku – suku lainnya.
Pesan itu sangat sejalan dengan tema Irau Adat Tidung Borneo Bersatu Tahun 2020, Impong Delunas Insuwai, jangan pernah berpecah belah jika ingin mencapai tujuan bersama.
Pesan, simbol dan nasehat agar selalu bergandengan tangan dalam mewujudkan cita – cita bersama itu begitu terasa sejak pembukaan Irau baru dimulai.
Diawali dengan pengalungan selendang dadai dara, selendang khas tidung berwarna kuning dengan hiasan ukiran motif tidung, dari para tetua adat tidung kepada Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid, Wakil Bupati Nunukan H. Faridil Murad, Asisten Administrasi Umum Pemprov Kaltara Zainuddin HZ, serta perwakilan Forkopimda, selanjutnya seluruh tamu undangan dan masyarakat diajak untuk menari bersama diiringi lagu bebilin, lagu khas suku tidung yang begitu popular di tengah masyarakat.
Tak pelak lagi, pembukaan Irau pun begitu diwarnai dengan suasana kebersamaan, ceria dan penuh dengan kegembiraan dari para tamu undangan dan ratusan masyarakat yang hadir.
Acara kemudian dilanjutkan dengan ritual gimpalo dan dengan pencanangan 101 tahun Pemerintah Nunukan, hal ini menandai bahwa pada tahun 1919 lalu, Guru Panyit resmi dilantik oleh Sultan Bulungan sebagai Kepala Kampung Nunukan yang pertama kali dengan gelar Duran Sulaiman. Pelantikan itu sekaligus menandai bahwa Nunukan sudah terlepas dari Under Distrik Sembakung.
Dalam pencanangan tersebut hadir keturunan dari para tokoh Suku Tidung terdahulu, antara lain Usman bin Panyit, anak Guru Panyit, Nafsir dan Zakiah dari Kepulauan Seribu, keturunan Raja Pandita – Raja Ke 12 Kerajaan Tidung di Malinau yang diasingkan oleh Belanda di Kepulauan Seribu, Jakarta, serta H. Muhammad Idris dari Tanjung Selor, salah satu keturunan dari Datu Adil – Raja Tidung Tenggara di Tarakan yang diasingkan oleh Belanda di Manado.
Pencanangan ini bermakna bahwa masyarakat tidung tidak pernah melupakan sejarah dan perjuangan para leluhurnya di masa lalu, meskipun diantara mereka saling berjauhan tetapi hubungan kekeluargaan diantara mereka tidak pernah putus.
Pesan persatuan dalam Irau kali ini juga tampak dari hadirnya para ketua atau perwakilan kerukunan atau paguyuban keluarga dari beberapa suku di Kabupaten Nunukan, mulai dari KKSS, Pakuwaja, Paguyuban Etnis Thionghoa, Kerukunan Keluarga Palu, Ikatan Keluarga Tana Toraja, Kerukunan Keluarga Bulu Kumba, Lembaga Adat Dayak, dan lain sebagainya.
Kehadiran mereka membuktikan bahwa Suku Tidung di Kabupaten Nunukan dapat hidup berdampingan secara harmonis baik dengan suku – suku yang lain.
Pesan agar selalu menjalin silaturahmi dan kekeluargaapun disampaikan oleh Bupati Laura. Dalam sambutanya, Laura mengingatkan agar masyarakat Suku Tidung senantiasa melestarikan budaya luhur dari para pendahulunya. Karena di dalam budaya tersebut, menurut Laura, terdapat nilai dan hikmah yang bisa dipetik.
“Di dalam budaya pasti juga ada nilai – nilai silaturahmi yang harus selalu kita jaga dengan baik agar kehidupan kita selalu terjaga dengan baik,” kata Laura.
Melalui sebait pantun, Laura pun mengajak masyarakat Suku Tidung agar mengambil peran secara maksimal dan selalu bersinergi dalam proses pembangunan yang sedang dijalankan oleh pemerintah.
Awan putih langit membiru
Pertanda cuaca sedang cerah
Sukses Irau Tidung Borneo Bersatu
Satukan gerak membangun Daerah
Senada dengan bupati, Zainuddin HZ yang mewakili Gubernur Provinsi Kaltara Irianto Lambrie juga meminta masyarakat Suku Tidung untuk selalu melestarikan budayanya agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
“Generasi tua harus bisa mengajarkan, dan bagi yang muda – muda harus mau belajar, sementara tugas pemerintah akan melakukan pembinaan agar budaya ini selalu lestari di tengah masyarakat. Budaya adalah jati diri bangsa, maka menjaganya sama artinya dengan menjaga harkat dan martabat bangsa,” kata Zainuddin.
Pembukaan Irau Adat Tidung Borneo Bersatu Tahun 2020 pun akhirnya ditutup dengan menari jepen bersama. Kali ini giliran lagu berjudul Aki Betawol yang menjadi pengiring seluruh hadirin menari bersama di halaman rumah adat yang juga baru saja diresmikan dalam kesempatan itu.
Selain diikuti oleh perwakilan kampung tidung dari kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Irau yang baru pertama kalinya diselenggarakan itu juga diikuti oleh perwakilan kampung tidung dari Negara Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam. Secara keseluruhan, terdapat 86 kampung tidung yang turut berpartisipasi dalam gelaran yang akan berlangsung selama 4 hari tersebut. (TN/HUMAS)