Nunukan

Imigrasi Nunukan Amankan Dua Perempuan Gunakan Paspor Palsu

Loading

TERASNKRI.COM | Nunukan, Kaltara – Bermaksud hendak ke Kuala Lumpur Malaysia dengan menggunakan jalur penyeberangan yang ada di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara menuju Tawau Sabah Malaysia Timur, dua perempuan masing – masing berinisial K (32 Tahun) dan A (42 Tahun) asal Pamekasan Jawa Timur diamankan Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan pada Minggu (6/3/2022)

Keduanya diamankan karena mempergunakan dokumen keimigrasian berupa paspor yang diduga palsu.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan Washington Saut Dompak, A.Md, Im., S.H., M.H dihadapan sejumlah awak media pada jumpa pers yang di gelar di Aula Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan, Kamis (10/3/2022)

“Untuk sementara keduanya kita amankan dan statusnya masih sebagai korban dan akan terus kita kembangkan terkait kepemilikan paspor yang mereka pegang, dan setelah pemeriksaan selesai, keduanya akan kita serahkan nantinya ke BP2MI” jelas Washington.

Baca Juga  Indikator Makro Disosialisasikan BPS Kabupaten Nunukan

Washingtong menjelaskan kronologis pengamanan kedua perempuan tersebut, berawal dari pemantauan rutin petugas Imigrasi Pos Sei. Pancang Sebatik terhadap kedatangan speedboat reguler dari Kota Tarakan di Pelabuhan Sei. Nyamuk Sebatik pada Minggu (6/3/2022)

“Keduanya baru tiba dari Kota Tarakan dan kita melakukan pemeriksaan dokumen seperti biasa, dari keduanya kita temukan paspor yang diduga palsu” jelas Kepala Imigrasi Kelas II Nunukan

Dari hasil pendalaman, keduanya dijanjikan dapat masuk ke Malaysia melalui jalur Pulau Sebatik dengan membayar calo yang ada di daerah asalnya yaitu Jawa Timur masing – masing Rp. 10 Juta per orang.

Indikasi paspor yang dipegang keduanya adalah palsu, dengan tidak singkronnya nomor pengeluaran dengan Kantor Imigrasi yang menerbitkannya.

“Jadi keduanya tidak tahu kalau paspor yang diberikan calo kepada mereka adalah palsu, setelah kita cek dan cocokkan seharusnya paspor dengan kode nomor ini seharusnya diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, namun di halaman data pemilik, paspor diterbitkan di Imigrasi Jawa Timur, kemudian bahan kertas yang dipergunakan bukan standar yang dipakai pada paspor yang asli, jadi kejadiannya sama dengan yang di Arab Saudi, dimana orang yang memiliki nomor paspor ini kemungkinan masih berada di luar negeri atau sudah kembali ke Indonesia, bahkan salah seorang yakni K ternyata memiliki paspor asli yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi Jawa Timur, sementara A sendiri menurut pengakuannya, paspor lamanya ada pada PJTKI ” jelas Washington

Baca Juga  Keterbukaan Informasi Desa, Lakpesdam Gelar Pelatihan Jurnalis Desa

“Sementara ini pihak Imigrasi Nunukan telah berkoordinasi ke Imigrasi Jatim untuk melakukan pengusutan terhadap calo yang disebutkan oleh keduanya” imbuh Washington.

Dari pihak Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan sendiri, kasus dengan penggunaan paspor yang diduga palsu adalah yang pertama kalinya, biasanya Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berasal dari pulau Jawa mempergunakan jalur Sumatera kemudian menyeberang ke semenanjung Malaysia.

Baca Juga  Sosialisasi Pendidikan Pemilih : "Membangun Kesadaran Politik dan Peran Pemuda Dalam Demokrasi"

Sementara itu, salah satu pemilik paspor yang diduga palsu yakni K menyatakan bahwa dirinya tidak tahu kalau paspor yang diberikan oleh calo tersebut adalah palsu.

“Saya tidak tahu, kenalnya sama calo tersebut dari mulut kemulut di kampung, terus bayar 10 juta, dijanjikan bisa langsung masuk Malaysia” ujar K

K nekad ingin masuk ke Malaysia lagi melalui jalur ilegal dikarenakan ingin bertemu dengan sang suami yang masih bekerja disana.

“Sebelumnya kan saya sudah pernah di Kuala Lumpur, namun diakibatkan pandemi Covid-19 akhirnya saya balik ke kampung, kerja sebagai petani, jadi kepikiran kembali ke Kuala Lumpur untuk kerja sekalian kumpul dengan suami” pungkasnya. (TN/Asr)

JANGAN LUPA : SELALU MEMAKAI MASKER APABILA BERAKTIVITAS DILUAR RUMAH, SELALU MENJAGA JARAK, KERAP MENCUCI TANGAN, HINDARI KERUMUNAN, KURANGKAN MOBILITAS DAN BERDOA KEPADA TUHAN UNTUK CEGAH COVID-19