Manggarai TimurNTT

Tempurung Kelapa dan Tempurung Kemiri di Jadikan Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Loading

TERASNKRI.COM | Matim, NTT – UKM IMAPALA dari Mahasiswa UNIKA (Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng) melakukan kunjungan ke desa Wela Lada, kec. Sambi Rampas, Kab. Manggarai Timur. NTT, Rabu,(15/09/2021).

Dalam kunjungan UKM IMAPALA dari mahasiswa UNIKA Santu Paulus Ruteng, disambut dengan ritus adat oleh tokoh masyarakat dan pemerintah desa Wela Lada dan kegiatan tersebut dilaksanakan mulai Rabu,15 September 2021 hingga Sabtu,18 September 2021 oleh anggota UKM IMAPALA Mahasiswa UNIKA Santu Paulus Ruteng dan bertempat di kantor desa Wela Lada.

Tim Program Holistik Pembinaan Dan Pemberdayaan Desa (PHP 2D) di desa Wela Lada oleh UKM IMAPALA Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng bertujuan untuk; Pengembangan Industri Rumahan Bio Briket Tempurung Kelapa dan Tempurung Kemiri sebagai Bahan Bakar Alternatif.

Baca Juga  Bersama APH, Petugas Rutan Rengat Geledah Kamar dan Tes Urine Warga Binaan

Sedangkan itu, dari dua pengembangan industri Rumahan Bio Briket Tempurung kelapa dan Tempurung kemiri ini, yang diterapkan yaitu menggunakan jenis Pengembangan Industri menggunakan bahan baku Tempurung Kemiri.

Wakil ketua UKM IMAPALA (Fendri A. Matul) mengatakan, “Dengan menggunakan bahan baku tempurung kemiri ini itu dilakukan proses pembakaran dan dilaksanakan secara prosedur kurang lebih 24 jam. tetapi kami disini di terapkan proses pembakarannya selama 2 (dua hari) bahkan itu tidak cukup mengingat teksturnya” ungkapnya kepada TERASNKRI.COM Sabtu,(18/09/2021).

Lanjutnya, “setelah pembakaran dia tidak menjadi abu tetapi menjadi arang dan yang dibutuhkan itu adalah arangnya dan setelah menjadi arang tahap berikutnya ditumbuk secara manual yang dilakukan oleh masyarakat desa Wela Lada, dan setelah itu diayak menjadi tepung selanjutnya dicampur dengan tepung tapioka dan dipanaskan setelah itu dimasukkan ke dalam percetakan lalu terakhir dikeringkan selama satu hari setelah itu bisa dipakai. Modelnya seperti batu bara, Siang hari baranya seperti abu sedangkan malam seperti bara api. Setelah proses jadi, bisa digunakan sampai 4 jam sedangkan untuk tempurung kelapa tahan lamanya lebih dari 4 jam” ujarnya.

Baca Juga  Majukan Pendidikan di Pelalawan, MKKS SMK dan SMA Jalin Kerjasama Dengan UNPRI Pekanbaru 

Sememtara itu, Kepala desa Wela Lada (Erhardus Harsan) mengatakan, “Terimakasih banyak kepada pihak kampus UNIKA Santu Paulus Ruteng terlebih khusus UKM IMAPALA UNIKA Santu Paulus yang telah berkunjung kedesa Wela Lada untuk memberikan ilmunya kepada seluruh masyarakat Wela Lada karena salah satu perencanaan desa Wela Lada yaitu pemberdayaan manusia. Dimana supaya masyarakat wela lada ini agar mempunyai keterampilan” ujarnya

Baca Juga  Bersama APH, Rutan Rengat Gelar Razia Blok Hunian Warga Binaan

Ia juga menambahkan, “untuk kendala memang itu berkaitan dengan pengadaan bahan lokalnya yaitu keterbatasaan tempurung kelapa dan tempurung kemiri itu molor waktunya satu hari dan saya berharap kepada seluruh masyarakat wela lada agar benar-benar mengikuti dalam kegiatan ini agar bermanfaat untuk kedepannya” ungkap kades kepada TERASNKRI.COM

Turut hadir dalam kegiatan ini yaitu seluruh masyarakat wela lada, instansi kesehatan, tokoh pendidik, tokoh pemuda, tokoh adat dan seluruh anggota pemerintah desa Wela lada. (Silvinus Sirdino)

JANGAN LUPA : SELALU MEMAKAI MASKER APABILA BERAKTIVITAS DILUAR RUMAH, SELALU MENJAGA JARAK, KERAP MENCUCI TANGAN, HINDARI KERUMUNAN, KURANGKAN MOBILITAS DAN BERDOA KEPADA TUHAN UNTUK CEGAH COVID-19